PD Muhammadiyah Kabupaten Banjar - Persyarikatan Muhammadiyah

 PD Muhammadiyah Kabupaten Banjar
.: Home > Artikel

Homepage

Beragama Yang Moderat

.: Home > Artikel > PDM
22 Oktober 2022 07:18 WIB
Dibaca: 375
Penulis : Ust. Ahmad Tsaaqib Said Thalib

انّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ أَمّا بَعْد

 

 

Alhamdulilah kita bersyukur dan memuji Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya bagi kita semua sehingga memudahkan kita dalam menjalankan segala ketaatan dan kebaikan bagi kehidupan dan peradaban. Nikmat yang juga besar dan penting untuk kita semua adalah adanya syariat sebagai petunjuk dan bimbingan agar kita tetap berjalan pada shiratol Mustaqim (Jalan Lurus). Syariat inilah yang melahirkan tata kehidupan menjadi teratur dan baik sesuai dengan fitrah kehidupan agar menghasilkan suatu kehidupan yang rahmat, damai, dan sejahtera.

 

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia, diutus oleh Allah sebagai nabi terakhir dengan misi menyempurnakan akhlak umat manusia dimuka bumi. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

Artinya: Abu Hurairah r.a.  meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

 

Hadist diatas seharusnya menjadikan kita semuanya paham dan sadar bahwasanya apa-apa yang telah menjadi sunnah dan ajaran dalam agama Islam yang telah dicontoh oleh Nabi Muhammad saw memiliki tujuan yaitu lahirnya moralitas umat manusia yang sempurna dan berkualitas. Akhlakul karimah menjadi arah kita dalam beragama, sebagai penggambaran atas pengamalan ajaran agama dalam hidup kita. Maka seluruh praktek dan sunnah Nabi Muhammad saw untuk penyempurnaan akhlak, tata perilaku dalam berkehidupan, menjadikan kita sebagai insan yang penuh dengan sifat maupun karakter yang terpuji dan penuh dengan kebaikan. Sebagaimana Rasulullah saw juga memiliki karakter yang mulia dan akhlak yang terpuji dalam al-Qur’an pada surat Al-Qalam ayat 4 :

 

(وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ)

 

“Sesungguhnya, engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”, adapun sebab turunnya ayat ini adalah dari Aisyah r.a, dia berkata, “tidak ada seorangpun yang lebih baik akhlaknya daripada Rasulullah saw. Tidak seorang pun, baik dari sahabat maupun keluarga beliau, yang memanggil (meminta bantuan), melainkan beliau akan mengiyakannya. Itulah sebabnya Allah menurunkan ayat ini”. Kemudian dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa akhlak yang agung yang dimiliki Rasulullah saw dimaknai dengan istilah akhlaknya al-Qur’an itu sendiri. Artinya akhlak yang terpuji dimiliki nabi sebenarnya merupakan implementasi nilai dan pesan yang ada dalam al-Qur’an. Pada dasarnya al-Qur’an sendiri memiliki (core value) yaitu sebagai nilai utama dari pesan risalah keagamaan yaitu dengan menghadirkan akhlak yang baik.

 

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah SWT

 

Kemudian Hadist-hadist yang lain berkaitan dengan pentingnya meningkatkan akhlak karimah dalam hidup kita yaitu.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata “kaum mukminin yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud no. 4062). Hadits ini menunjukkan bahwa tolak ukur kesempurnaan iman seseorang dalam Islam adalah bagaimana akhlaknya yang baik dalam hidupnya, akhlak sebagai cerminan imannya sehingga semakin bagus dan berkualitas imannya maka semakin bagus dan berkualitas pula akhlaknya.

Kemudian ayat al-Qur’an juga banyak memberikan perintah memiliki akhlak yang baik bahkan kepada siapapun yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 83,

 لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَ ٰ⁠لِدَیۡنِ إِحۡسَانࣰا وَذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡیَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِینِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسۡنࣰا

 

“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)

 

Ayat ini merupakan pengambilan janji kepada Bani Israil waktu itu untuk melaksanakan perintah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, namun sebagian dari mereka mengingkarinya. Ketika Ali bin Abi Thalib menafsirkan ayat ini yang dimaksud manusia sebagai objek termasuk seluruh manusia baik dia yang beriman maupun tidak. Ayat ini mengandung perintah tauhid dengan tidak menyekutukan Allah dan disambung perintah untuk berbuat kebaikan dan menjadikan seorang hamba memiliki akhlakul karimah sebagai karakteristik ataupun ciri dari keimanan dan ketauhidannya.

 

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah SWT

 

 

Kemudian pada al-Qur’an surat Fushilat ayat 34,

 

(وَلَا تَسۡتَوِی ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّیِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِی هِیَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِی بَیۡنَكَ وَبَیۡنَهُۥ عَدَ ٰ⁠وَةࣱ كَأَنَّهُۥ وَلِیٌّ حَمِیمࣱ)

Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.

Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan ayat ini yaitu “Dia datang dengan rasa benci maka sambutlah dengan rasa kasih sayang. Dia menyerang dengan marah, maki-maki, mempertunjukkan bahwa pikirannya dangkal belaka, tangkislah dengan tenang dan senyum simpul. Dia memaki, engkau menghormati. Dia mengajak berkelahi, engkau mengajak bersahabat. Dia menunjukkan kedangkalan, engkau menunjukkan kedalaman. Dia membawa sikap permusuhan, engkau menunjukkan sikap bersahabat.

Apakah hasil yang akan didapat dengan cara yang demikian? Umumnya ialah kemenangan budi yang gilang-gemilang; membuat musuh jadi kawan.

 

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah SWT

 

Pada surat Al-Maidah ayat 8,

 

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّ ٰ⁠مِینَ لِلَّهِ شُهَدَاۤءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا یَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰۤ أَلَّا تَعۡدِلُوا۟ۚ ٱعۡدِلُوا۟ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ)

 

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

 

Ayat ini menjadikan kita seharusnya dalam memutuskan sesuatu dalam kehidupan kita yang menyangkut orang lain, maka berlaku adil sangat penting karena itu juga merupakan ciri akhlakul karimah, sebagaimana nabi saw juga tegas dan adil dalam melakukan keputusan tanpa pandang bulu dan tidak berdasarkan nafsu sendiri. Umat Islam dalam kehidupan sosial harus menjunjung tinggi keadilan sebagai pintu dari kesejahteraan, keadilan yang ditegakkan telah mencerminkan diri yang beriman kepada Allah dan berakhlak yang baik sesuai perintah dan petunjuk agama.

 

Kemudian KHA Dahlan dalam pengajarannya bahwa kebanyakan dari manusia itu membenci sesuatu yang sebetulnya dikarenakan dia tidak mengetahui hakikatnya. Kebencian yang tertanam hanyalah terkadang salah paham atau lantaran belum mengetahui dan mengenalnya. Maka bagi kita umat Islam janganlah menghakimi dan memberikan keputusan ketika sedang marah ataupun benci.

 

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah SWT

 

Namun tantangan kita saat ini terlihat bagaimana kualitas umat Islam dalam menjalankan agama yang cenderung terjebak pada parasnya identitas dan simbol. Beragama yang tumpang tindih dengan kepentingan bisnis bahkan juga politik, karena agama sangat mudah digunakan sebagai alat demi mencapai keuntungan baik harta maupun kuasa. Saat ini kita sibuk berdandan dalam beragama sehingga melupakan hakikat dari agama itu sendiri. Pendidikan berlomba mendukung tahfidzul Qur’an namun akan sangat disayangkan apabila penghafalan tidak disertai dengan pengamalan core value dari al-Qur’an yaitu akhlak yang baik. Pondok pesantren dan institusi pendidikan lainnya seharusnya menjadi arus utama untuk mencetak santri yang terbaik akhlaknya, memiliki karakter yang sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Sunnah.

Persoalan kebangsaan dari berbagai dimensi seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik juga mencerminkan keprihatinan. Para elite pejabat seakan apatis terhadap prinsip keteladanan, berbagai persoalan yang menggambarkan bahwa bangsa kita masih pincang dalam menjalankan agama, menjunjung tinggi agama dengan sebatas manis diperkataan, namun nihil dalam tindakan apalagi jika mengorbankan dan bicara ketulusan.

Al-Qur’an dari segala ajaran didalamnya menunjukkan ke-idealisannya, namun umat Islam saat ini terpuruk dan terkapar dalam kubangan peradaban. Umat Islam jauh tertinggal dari idealnya al-Qur’an, inilah menjadi tugas kita agar al-Qur’an mampu berpijak diatas bumi. Menjadikan al-Qur’an dapat hidup (Living Qur’an) sehingga melahirkan etos dan etis dalam beragama. Maka dari itu, kehidupan kita saat ini tengah diuji dan ditempa khususnya pada aspek moralitas sebagai umat beragama dan warga negara, bagaimana kualitas agama kita harus berdampak dan berpengaruh pada moralitas, bagaimana tauhid betul-betul hidup dalam segala perilaku dan karakter kita semua, bagaimana iman menjadi kekuatan kita sebagai manusia yang penuh dengan kebaikan dan kelembutan.

 

Solusi sebagai kunci agar kita bisa melewati tantangan dan masalah saat ini yaitu pentingnya menyadari bahwa tauhid harus mampu diamalkan dalam perilakunya, orang yang bertauhid maka dalam kehidupan sosial semakin baik karena banyak menjalankan perintah untuk berbuat baik. Kemudian senantiasa terus-menerus meningkatkan iman yang juga berdampak meningkatkan kualitas akhlaknya. Mempelajari agama yang lebih moderat yaitu ajarannya dipenuhi dengan orientasi rahmat bukan kekerasan. Semoga kita bisa menjadi orang beriman yang sempurna yaitu yang baik akhlaknya dan mampu melakukan perbaikan dan perubahan bagi kehidupan kita dan kehidupan bangsa Indonesia.

 

 

بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنَ الَْْاَ يَاتِ و ذِكْر الحَْكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْمُ

 

 

Khutbah kedua

 

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد

 

 

Marilah pada akhir dari khutbah kedua ini, kita bersama-sama menundukkan hati kita dengan jiwa yang damai dan penuh kesadaran didalam berdoa kepada Allah swt. Semoga Allah mengabulkan doa kita, amin ya robbal ‘alamin.

 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 


Tags: muhammadiyah , moderasi , moderat , beragama
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website