Kader IPM Banjar Ini Curhat Mengenai Aktivitas Tambang Di Biih
Dibaca: 211
Martapura – PW IPM Kalimantan Selatan bekerja sama dengan DPD IMM Kalimantan Selatan serta Greenfaith Indonesia membahas Refleksi Akhir Tahun #climatejustice dengan tema “membangun gerakan multifaith untuk keadailan iklim”. Bertempat di SD Alam Muhammadiyah Martapura (25/12/22).
Erwin Yunaidi (Sekbid. Adbokasi PW IPM Kalsel) sebagai Moderator serta beberapa narasumber antara lain Parid Ridwanuddin (Eksekutif Nasional WALHI), David Effendi (KHM/ LHKP PP Muhammadiyah), Hening Parlan (Greenfaith Indonesia), Zulfa Asma Vikra (MLH PWM Kalimantan Seltan).
Parid Ridwanuddin membuka pembahasan mengenai Al-Qur’an di dalam surah Al-Quraisy telah menerangkan mengenai suatu praktik berdagang yang berkaitan dengan keteraturan musim/ alam/ iklim dan itu menjadi dasar bagi aktivitas manusia. Ini menunjukan bahwa Allah telah menunjukkan tandatanda pentingnya menjaga alam agar tetap seimbang, karena keseimbangan alam itu menjadi syarat untuk menjalankan berbagai macam aktivitas umat manusia termasuk dalam beribadah.
Kemudian David Evendi juga mengatakan Ada dua faktor yang biasanya membuat manusia tersadar akan kelestarian alam, pertama adalah kerusakan lingkungan yang telah terjadi yang berdampak langsung kepada kita, dan yang kedua ialah tentang indahnya bumi ini sehingga ingin terus melihat keindahannya. Al-Qur’an pun didalam ayat-ayatnya bukan hanya mengabarkan perihal salah satu sisinya saja, melainkan memuat dua hal tadi, tentang bencana dan tentang berkahnya bumi ini.
Kemudian ada hal menarik, dari pertanyaan Aulia Azizah (IPM Kab. Banjar) yang berasal dari desa Biih mengatakan Di Desa saya Biih saat ini sudah dikuasai dan dikelilingi oleh Tambang batubara, cuaca disana sekarang sudah mulai memanas padahal dulunya masih dipenuhi oleh pepohonan, sawah juga sudah tercemar, dan yang paling menyakitkan ialah Desa Biih yang terkenal sebagai Kampungnya Durin kini pohon-pohonnya banyak yang sudah tidak berbuah lagi. - Harus bagaimanakah kami mengkampanyekan kepada masyarakat tentang keadilan lingkungan ini, bagaimana teknis pengadvokasinnya yang bisa kami lakukan sebagai pelajar ?
Kang Farid mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan pesan bahwa Penting untuk memasukkan kompetensi lingkungan ke ranah pendidikan bahkan Pendidikan paling dini, kurikulum ekoliterasi mesti masuk ke dalam dunia Pendidikan formal. Dan juga Perlu ada sekolah-sekolah kritis terhadap lingkungan hidup, agar dapat melakukan Kritik mulai dari normatif sampai kepada gerakan.
Kemudian tambahan dari David Evendi Sebagai pelajar kita bisa melakukan Kerja-kerja sederhana seperti membuat tulisan, cerpen, mendokumentasikan pengetahuan lewat video itu juga merupakan kerja-kerja advokasi dengan topik lingkungan hidup. (Alb)
Tags: keadilan iklim
Arsip Berita