PD Muhammadiyah Kabupaten Banjar - Persyarikatan Muhammadiyah

 PD Muhammadiyah Kabupaten Banjar
.: Home > Berita > Kaum Muda, Krisis Iklim dan Gerakan Lingkungan di Indonesia

Homepage

Kaum Muda, Krisis Iklim dan Gerakan Lingkungan di Indonesia

Sabtu, 14-01-2023
Dibaca: 170

 

Martapura – selama dua hari (14-15/1/2023) GreenFaith Indonesia melaksanakan training bagi anak muda dan perempuan. Dalam perjalananya yaitu sejak tahun 2010, GreenFaith mulai memperluas, menyebarkan dan mempertajam gerakan. GreenFaith dapat disebut sebagai gerakan pertama yang turut mempelopori tajuk penghentian investasi pada bahan bakar fosil. Tidak dapat dielakkan lagi, sejak saat itu pula GreenFaith telah melakukan penggorganisasian ribuan orang yang berasal dari komunitas, para pemuka agama, dan umat dari latar iman yang beragam untuk menginisiasi gerakannya masing-masing sesuai konteks tantangan dan problem di negara dan komunitas yang mereka hadapi.

Di kalangan umat Kristen juga telah berkembang wacana dan praktik seputar tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Salah satunya dikenal dengan sebutan teologi kontekstual. Inspirasi pembelaan lingkungan di kalangan pemuka agama dan umat Kristen tumbuh atas dasar refleksi kehidupan sehari-hari dalam praktik pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan.

 

Di kalangan Katolik, sejumlah pemimpin agama telah menyuarakan pentingnya berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik. Momentumnya, ketika Paus Fransiskus pada tahun 2015 menerbitkan ensiklik berjudul Laudato Si. Satu tahun berikutnya, ensiklik Laudato Si telah menginspirasi gerakan dan inisiasi gerakan lingkungan. sebagai contoh munculnya paroki ramah lingkungan, gerakan anti-plastik sekali pakai, eco-enzyme, atau gerakan sampah menjadi berkah.

 

Pada masyarakat Hindu ada sejumlah upacaya yang telah didedikasikan untuk menghormati sesama makhluk ciptaan. Salah satunya adalah upcara Tumpek Bubuh yang digunakan sebagai sarana membangun kesadaran welas asih terhadap lingkungan.

 

Pada dasarnya, masyarakat beragama di Indonesia telah tumbuh dalam kultur untuk mendukung misi pencerdasan bangsa, pengembangan kesejahteraan sosial, dan pemberdayaan ekonomi. Landasan baik ini akan sangat penting dalam suatu kerangka membangun solidaritas bagi kemaslahatan bumi.

 

David Effendy yang menjadi salah satu pembicara mengatakan Bonus demografi juga merupaka bonus politik, peranan anak muda menjadi sangat dominan oleh karenanya pemilihan umum yang akan datang harus direbut kaum muda yang peduli. juga anak muda lah yang memiliki peluang untuk mengamankan masa depannya, kemudian dia juga mengatakan Orang yang mengalami langsung harus di suarakan pengalamannya, termasuk bagi anak muda harus bicara karena ialah orang-orang yang mengalami dan lebih mempunyai legal standing.

 

 David juga menyampaikan 7 alasan kaum muda terlibat Gerakan ekologi : 1. kondisi riil yang mengancam Kesehatan anak muda. Mulai memahami pengetahuan perubahan iklim 2. kaum muda sebagai zoon economicus dapat mencium persoalan keterancaman ekonomi secara nyata sehingga mulai peduli pada kehidupan berkelanjutan 3. kesadaran berdemokrasi untuk memperjuangkan perubahan kondisi sosial politik ekonomi dan lingkungan hidup 4. menyadari makin berkurangnya ruang public untuk mendukung kehidupan sosial 5. reformasi pemahaman agama memperkuat keyakinan dimensi kerusakan bumi dengan ekploitasi oleh manusia 6. ketersediaan akses pengetahuan tentang ekologi karena tarikulur anatara globalisasi-lokalisasi, globalisasi diupayakan sejalan dengan penghormatan terhadap entitas lokal, adat, hutan, biodiversitas 7. gaya hidup ekologis yang selaras dengan ekspektasi kaum muda.

 

Kholida sebagai perwakilan perempuan yang konsisten sebagai aktivis lingkungan hidup mengatakan “Bencana ekologis di Kalimantan selatan telah hadir dengan begitu nampak, seperti yang kita ingat kabut asap mengganggu aktifitas di Kalimantan bahkan hingga sekolah diliburkan, kemudian bencana banjir pada awal tahun 2021 yang bukan hanya dampak pada segi Pendidikan melainkan sudah menganggu pada aktivitas keseharian. Perempuan lebih banyak memerlukan air seperti halnya prosesi saat haid, melahirkan dll. Dan kalau misalnya terjadi krisis air bagaimana selanjutnya keberlangsungan kita sebagai perempuan  Jangan sampai kerusakan lingkungan mendahului Pendidikan dan aksi kita daripada Gerakan kita, karena Saat bencana datang, kita gak bisa produktif dan bisa untuk ikut berkarya Yang harus kita rubah ialah, persepsi kita entang sebab kerusakan lingkungan ini bukanlah melulu takdir Tuhan.” (Alb)


Tags: lingkungan hidup
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: kabar islam



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website